KONSERVASI KAWASAN PEMUKIMAN CINA BENTENG, TANGERANG


Konservasi Kawasan Pemukiman Cina Benteng

Pada proses pelaksanaan konservasi ini seluruh perencanaan awal yang menjadi dasar pengerjaan secara umum dikerjakan. Namun demikian, ternyata pada saat pengerjaan kadang kala ditemukan hal-hal tertentu atau terjadi perubahan rencana pada pihak-pihak yang terkait dengan proyek yang membuat munculnya perencanaan baru yang berjalan seiring pelaksanaan proses konservasi.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam proses pelaksanaan ini meliputi:
a. Pembongkaran elemen – elemen tambahan pada bangunan
b. Pengupasan plaster dinding yang kondisinya sudah sangat lapuk
c. Plaster ulang pada bagian dinding yang dikupas
d. Penambahan jendela dan pintu yang sudah hilang sebelumnya dengan
replika dari yang masih tersisa
e. Penambahan dan perubahan pada elemen-elemen bangunan dengan
elemen baru yang disesuaikan
f. Treatment pada ornamen dekoratif inner court
g. Pewarnaan ulang
h. Pengangkatan dan pemindahan sebagian material lantai
Proses Pelestarian Benteng Heritage
Melihat kembali proses pelestarian yang dilakukan pada bangunan Benteng Heritage, mulai dari proses penelusuran sejarah, pendataan fisik, perancanaan, dan pelaksanaan, dapat dikatakan proses yang dijalankan seusai dengan etika-etika yang seharusnya dipegang dalam proses pelestarian walau belum dapat dikatakan sempurna. Seperti yang sempat disebutkan dalam penjelasan-penjelasan sebelumnya, terdapat beberapa intervensi berupa modifikasi yang dilakukan ataupun pemindahan beberapa elemen asli dari bangunan tersebut Namun demikian, semua hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang termasuk juga usaha penyesuaian dengan fungsi pemanfaatan kembalinya yang tidak sama dengan fungsi aslinya.
Bangunan yang pada kondisi terakhirnya sebelum berpindah kepemilikan berfungsi sebagai ruko ini diperkirakan memiliki fungsi awal yang bukan sebagai ruko, rumah tinggal, maupun kelenteng yang sejauh ini menjadi bangunan peninggalan etnis Tionghoa yang banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini terlihat dari perbedaan penyusunan ruang aslinya dengan susunan ruang ruko, rumah tinggal, maupun klenteng yang sudah dijabarkan diawal. Kayanya ornamen dekoratif dari keramik serta ukiran kayu memperkuat dugaan bahwa bangunan ini tidaklah seperti bangunan peninggalan entis Tionghoa yang banyak dibuat oleh warga Tionghoa pada umumnya tapi oleh seseorang yang terpandang. Namun pendataan sejarah yang masih kurang menyebabkan fungsi awal dari bangunan ini belum dapat diketahui.
Sesuai dengan kaidah intervensi yang ada, semua intervensi yang dilakukan diputuskan dengan pertimbangan bahwa perubahan tersebut nantinya dapat dikembalikan atau diulang bila suatu saat diperlukan. Oleh karenanya, seperti pada hal pemindahan elemen penutup lantai, dilakukan upaya untuk nantinya dapat mengakses kembali bukti-bukti pemindahan tersebut dengan cara pemberian kode pada bahan-bahan penutup lantai yang dipindahkan. Intervensi berupa penambahan elemen seperti railing pada tangga rumah utara ataupun pintu-pintu dan jendela yang sebelumnya hilang pun dibuat agar terlihat seharmonis mungkin dalam warna, tone, tekstur, bentuk, dan skala dengan keseluruhan bangunan, namun tetap dapat dikenali sebagai elemen tambahan bila diperhatikan secara seksama.
Dalam upaya pelestarian ini, pendataan juga menjadi hal yang diutamakan. Segala data-data sejarah dikumpulkan untuk dapat mendalami peran bangunan ini pada awalnya juga bentuk aslinya agar tidak ada kesalahan yang dilakukan dalam upaya pelestarian ini. Begitu pula kondisi awal sebelum upaya pelestarian ini dilakukan serta semua proses pengerjaan, mulai dari metode dan material didokumentasikan baik dalam bentuk gambar, video, laporan, maupun pengambilan sampel agar semua hal yang dilakukan dapat kembali ditelusuri dan dipelajari nantinya bila diperlukan.
Secara umum, tim pelaku pelestarian bangunan ini mencoba untuk melakukan seminimal mungkin intervensi sehingga intervensi hanya dilakukan pada hal-hal yang sifatnya sangat penting untuk mendukung fungsi bangunan ini nantinya. Segala macam intervensi yang dilakukan pun dibuat secara hati-hati agar bisa harmonis dengan kondisi asli bangunan.
Berbeda dengan proses pengerjaan sebuah bangunan baru, dalam proses konservasi ini, segala tahapan yang terjadi terutama pada tahapan perencanaan dan pelaksanaan tidak bisa berjalan secara terpisah dan searah. Hal ini terjadi karena dalam proses konservasi yang cenderung mengembalikan kondisi saat ini menjadi kondisi awalnya, cukup banyak dilakukan proses penyesuaian juga penemuan hal-hal yang pada awalnya tidak diprediksi. Akibatnya, dari penemuan itu perlu ada perencanaan ulang seiring proses pelaksanaan yang sudah berjalan untuk merespon penemuan-penemuan jejak sejarah tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu proses konservasi, tahapan-tahapan yang ada tidak dapat dipisahkan dengan jelas, tidak hanya menyangkut tahapan perencanaan dan pelaksanaan, tetapi juga tahapan pengumpulan sejarah dan pendataan fisik. Karena pada dasarnya, semua penemuan baru tersebut kembali bermuara pada proses pendataan sejarah dan fisik tersebut

Komentar

Postingan Populer