Kawasan Kota Lama di Semarang


Kawasan Kota Lama di Semarang
Pada periode Pasca Benteng Kota merupakan fase atau periode dimana upaya Pemerintahan Hindia Belanda mengembangkan kota Semarang secara lebih jelas. Perkembangan dan gambaran sebuah kawasan kota antara lain terlihat pada kegiatan ekonomi; prasarana untuk transportasi air dan darat mulai dikisahkan dalam sumber-sumber tertulis.Di era ini bisa tergambarkan bahwa kota Semarang yang secara geografis memiliki pantai, dataran rendah dan dataran tinggi terus tumbuh dan berkembang hingga era pra kemerdekaan. Dengan dirintisnya jalur transportasi kereta api pertama, yakni jalur Semarang – Tanggung (sepanjang 25 km) yang dilakukan oleh gubernur jenderal Baron Sloet van de Beele di tahun 1864 menandai pembangunan kawasan kota Semarang secara nyata oleh pemerintah Hindia Belanda.
Kawasan Kota Lama Semarang pada saai ini dapat dijadikan sebagai identitas atau landmark kota Semarang karena memiliki ciri khas yang unik berupa bangunan-bangunan lama bernilai sejarah. Kawasan kota lama Semarang mengingat perjalanan sejarah kota pada masa lalu Kota Lama yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan. Kawasan Kota Lama Semarang dapat dijadikan salah satu identitas kota karena bangunanbangunan lamanya masih berkumpul di satu tempat, termasuk adanya bangunan kebanggaan Kota Semarang seperti Gereja Blenduk yang menjadi generatornya bagi Kota Lama. Selain itu di kawasan Kota Lama terdapat kawasan Pecinan kawasan Pecinan menyimpan kisah kejayaan dan potensi wisata yang khas masyarakat Tionghoa, seperti tempat peribadatan berupa bangunan Kelenteng dengan keasliannya dimana terlihat unik serta bangunan dengan ornamen “naga‟ dan tulisan Cina. Bangunan-bangunan lama bernilai sejarah yang termasuk bangunan cagar budaya di kawasan pusat kota lama Semarang antara lain adalah : (a) bangunan-bangunan pada Kawasan Lama di Jalan Letjen Suprapto (berupa bangunan-bangunan pertokoan dan kantor pada tahun 1920-1940-an), (b) bangunan Gereja Blenduk, (c) bangunan pabrik Rokok “Praoe Layar‟, (c) Bangunan Gereja Imanuel, (d) bangunan lawang Sewu – Semarang, (e) Bangunan Makodam Diponegoro, dsb. Sebagai catatan : perlu dibedakan bangunan lama bernilai sejarah yang berada di kawasan kota lama (kota Benteng) Semarang dengan bangunan lama bernilai sejarah yang berada di luarnya.



sumber : Udjianto Pawitro, 2015. PRESERVASI - KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DAN PENGELOLAAN KAWASAN KOTA LAMA. Jurnal Jurusan Teknik Arsitektur FTSP – Institut Teknologi Nasional.

Komentar

Postingan Populer