Gedung Pancasila, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta

Gedung Pancasila, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta



Gedung Pancasila Sekarang

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, beberapa gedung pemerintah dibangun di kawasan yang dikenal sebagai Lapangan Banteng dan Taman Pejambon. Bangunan-bangunan tersebut ialah Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad) di Jalan Pejambon nomor 6, Gedung Dewan Hindia Belanda di Pejambon nomor 2 (Raad van Indie, sekarang menjadi bagian dari Gedung Kementerian Luar Negeri), Bangunan Gereja Katolik Roma di sisi timur Lapangan Banteng, dan Gedung Keuangan. Gedung Volksraad saat ini dikenal sebagai Gedung Pancasila yang sekarang menjadi bagian dari kompleks bangunan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Tidak ada catatan resmi mengenai kapan Gedung Pancasila mulai dibangun. Beberapa literatur mencatat bahwa pembangunannya dilaksanakan sekitar tahun 1830. Gedung tersebut awalnya dibangun sebagai rumah tinggal Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda yang merangkap sebagai Letnan Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.



Gedung Volksraad pada tahun 1925
Pada awal tahun 1950, bangunan yang menjadi saksi berbagai peristiwa bersejarah, yaitu bangunan bekas Gedung Volksraaddan Tyuuoo Sangi-In(Tyuuoo Sangi-Inadalah Badan Pertimbangan Pusat di Jakarta pada masa Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia) diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Gedung Pancasila semakin dikenal karena pada tanggal 1 Juni 1964 di gedung tersebut, diperingati hari lahirnya Pancasila secara nasional yang dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Masih banyak lagi kegiatan bersejarah yang diselenggarakan di sini, antara lain menjelang runtuhnya Orde Lama dan lahirnya Orde Baru, selama pergolakan politik tahun 1965-1966, Gedung Pancasila menjadi saksi bisu sebagai sasaran demonstrasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Sekelompok pelajar dan mahasiswa yang marah telah menyebabkan kerusakan di beberapa bagian gedung. Ekspresi Gedung Pancasila sebagai bangunan yang berarsitektur Indis (arsitektur kolonial Belanda) sangat kental, yaitu memiliki ciri-ciri, antara lain (Handayani, 2010): bentuk atap datar bahan beton tertutup oleh perpanjangan dinding façade menutup atap atau lijstplank beton dengan garis horizontal di tepi atas dan bawah yang menonjol; dinding tebal dengan ukuran lebar satu batu ± 30 cm; bentuk kolom di teras depan bulat dengan pola garisgaris, menyangga lijstplank dengan ornamen kotak tipis di bawahnya; pintu masuk di bagian dalam setelah melewati teras depan terbuat dari kayu jati kombinasi kaca bening untuk memasukkan cahaya, terdiri atas dua buah pintu yang membuka ke teras; serta jendela di ruang samping ruang utama terbuat dari kayu jati kombinasi krepyak miring, yang di terdapat teritis dan lubang ventilasi.


Gedung Pancasila Sebelum di Konservasi                                             Gedung Pancasila Setelah di Konservasi


Dalam rangka memenuhi harapan Indonesia terhadap pemeliharaan dan perbaikan warisan budaya yang bersejarah, pemugaran terhadap gedung ini dilakukan oleh Departemen Luar Negeri (sekarang Kementerian Luar Negeri) pada tahun 1973 sampai dengan tahun 1975. Pemugaran diusahakan untuk mengembalikan corak aslinya, tanpa mengadakan perubahan struktur. Gedung Pancasila mempunyai kualitas arsitektural yang tinggi, bangunan yang didirikan sekitar tahun 1830 ini mempunyai desain dengan pola yang teratur serta anggun. Gedung ini banyak menyimpan sejarah dan terletak di kawasan bangunan Indis. Oleh sebab itu, Gedung Pancasila memenuhi kriteria untuk dilakukan upaya konservasi.


Sumber :
https://kemlu.go.id/portal/i/read/27/tentang_kami/gedung-pancasila

Komentar

Postingan Populer